NGALAU BASUREK

|



Bicara tempat wisata baik alam, sejarah, petualangan dan budaya datanglah ke Sijunjung. Kabupaten Sijunjung memiliki segudang tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Anda akan disuguhi panorama alam yang indah dan tidak ada di tempat lain. Kita akan menikmati keelokan Muaro Silokek Durian Gadang (Musiduga).

Bagi Anda yang berasal dari luar Kabupaten Sijunjung, Anda dapat menuju Muaro Sijunjung dari tiga gerbang masuk, pertama dari selatan (Jambi, Teluk Kuantan, Dharmasraya) anda masuk dari Simpang Tanah Badantung menempuh + 10 KM untuk sampai ke Muaro Sijunjung, kedua dari arah Barat (Padang, Solok, Sawahlunto) Anda masuk dari Simpang Muaro Bodi menempuh jarak + 8 KM menuju kota ini, dan dari arah utara (Batusangkar, Bukittinggi, Payakumbuh, Pekanbaru) anda harus menempuh jalur Jalan Negara Lintau Setangkai menuju Tanjung Ampalu dan + 7 KM Anda akan sampai di Muaro Sijunjung.

Jika ingin menginap di kota kecil nan asri dan damai ini ada tiga penginapan mulai dari kelas hotel bintang tiga sampai kelas melati, yakni Hotel Bukit Gadang, Wisma Anggrek dan Penginapan Muaro Indah. Dengan tarif bervariasi mulai dari Rp.250.000 sampai Rp.75.000,- Anda dapat tidur dengan nyaman dan bermimpi indah di keheningan malam.

Perjalanan menuju kawasan Musiduga dimulai dengan melewati jembatan Ombilin dengan sepanjang +150 m, melewati jalanan kecil yang menurun mendaki dan berliku dibalut oleh hutan dan perbukitan batu terjal menelusuri ke hilir Daerah Aliran Sungai Batang Kuantan nan indah. Jalur ini merupakan bekas jalan kereta api yang dibuat semasa penjajahan Jepang dengan sistem kerja paksa atau lebih dikenal denga Romusha.

Aliran sungai yang deras sangat bagus untuk olahraga petualang arum jeram. Untuk ini pemkab setempat telah menyediakan dua unit perahu karet yang dapat digunakan dengan menghubungi pihak terkait, + 4 KM atau 15 menit perjalanan mobil Anda akan menemui sebuah ngalau atau gua di tepi jalan.

Di ngalau yang dikenal dengan nama Ngalau Basurek terdapat dua gazebo yang dapat digunakan sebagai tempat rehat menikmati sejuknya alam. Memasuki ngalau ini dapat dilakukan dengan mengunakan senter, lampu petromak dan obor yang telah disediakan oleh pedagang kaki lima yang selalu ada di setiap hari libur tepat di mulut ngalau tersebut. Menelusuri ngalau yang dialiri sungai kecil didalamnya membuat adrenalin Anda teruji, hawa dingin dan gelap akan menemani Anda disertai lalu lalang kelelawar dan burung walet.

Gemericik air yang jatuh dari stalaktit membawa zat kapur membentuk stalakmit nan indah menawan akan membuat Anda terpesona dan menghilangkan kesan seram ketika Anda memasuki ngalau tersebut dan mungkin akan membuat Anda penasaran dan ingin masuk lebih dalam lagi. Namun Anda tetap harus hati-hati karena jalanan licin dan batuan dapat membuat jiwa Anda terancam.

Kepuasan Anda tidak hanya sampai di situ saja, berlalu dari gua Anda akan disuguhi tebing batu yang curam di kiri kanan aliran sungai. Jika Anda mendongkak ke atas akan terlihat lagi ngalau menganga di dinding bukit batu tersebut. Areal bukit ini juga sering digunakan untuk olah raga panjat tebing. Jika Anda memiliki kegemaran olah raga ini, Anda dapat mencobanya. Anda tak perlu susah payah lagi mencari jalurnya karena beberapa jalur pemanjatan telah dirintis oleh Kelompok Pecinta Alam.

Lima menit perjalanan dari Ngalau Basurek, Anda akan bersua dengan hamparan pasir indah nan putih dan halus, meski tidak berada di tepi lautan namun ini menjadi satu-satunya pasir (Pasia: orang Padang menyebutnya untuk daerah pantai/tepi laut) di kabupaten ini, walau berada di tepi sungai, putih dan halusnya pasir ini tak kalah dengan yang di tepi laut.

Pasir putih nama yang pantas untuk dijuluki pada hamparan ini, di sini Anda dapat bercamping ria dengan mendirikan tenda dan bagi yang gemar memancing Anda cukup melemparkan kail dari tenda Anda ke aliran Sungai Kuantan.

Sungguh nikmat memandangi kekuasaan Tuhan yang tak ternilai harganya ini. Lebatnya hutan di perbukitan cadas dan indahnya relief-relief batu yang di ukir oleh alam serta liukan burung walet dan kelelawar yang keluar dari Ngalau yang ternganga pada tebing bukit tepat diseberang sungai membuat anda akan betah berlama-lama menikmati pesona ini.

Sebaiknya Anda tidak melakukannya di musim hujan karena Pasir Putih ini akan digenangi air sungai Kuantan yang meluap sekaligus akan meratakan dan menghaluskan pasir ini lagi.

Berlalu dari Pasir Putih anda akan melewati Koto Nagari Silokek nan damai. Kira-kira 3 KM berjalan memasuki nagari Duarian Gadang Anda akan tergoda dengan kehadiran sebuah Air Terjun. Jika Anda membawa kendaraan anda harus memarkir kendaraan di tepi jalan, dengan tarif Rp. 1.000 s/d 2.000 per kendaraan yang di kelola oleh pemuda setempat, kendaraan Anda akan aman untuk ditinggalkan.

Menuju air terjun ini Anda harus ekstra energi dan ekstra hati-hati, jalan setapak nan curam dengan kemiringan 60 derjat membuat nafas anda ngos-ngosan, namun semua itu akan terbayar ketika anda memasuki kawasan air terjun ini, hempasan air dari ketinggian 40 M ini membuat embun yang tak henti-hentinya menyejukan dan peluh yang keluar sebelumnya akan bersenyawa dengan embun air nan dingin dan sejuk ini membuat suasana semakin segar.

Setelah puas bermain dengan sejuknya air terjun terus menelusuri hilir Batang Kuantan nan indah anda akan bertemu dengan seonggok besi tua, sebuah benda cagar budaya peninggalan Penjajah Jepang yang terletak di pinggir jalan Durian Gadang - Silukah, kurang lebih 1,5 KM dari Pasar Durian Gadang. Lokomotif Uap nan kokoh masih bertengger memutarkan pikiran kita akan kejamnya penjajahan Jepang memperlakukan bangsa kita secara paksa untuk membangun jalan kereta api menuju Logas Propinsi Riau.

Dari situs ini + 1 KM anda akan menemukan situs yang lebih tua lagi, yakni dua bongkah batu yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Batu Basurek dan Batu Tempat duduk dengan posisi menelungkup, konon menurut penduduk setempat seperti yang di utarakan pak Syafri batu ini berasal dari Negeri jiran Malaysia tepatnya Negeri Sembilan yang mengirimkan utusannya membawa beberapa batu menuju Sumpur Kudus, namun karena tidak sanggup lagi membawanya dua batu ini ditinggalkan begitu saja di Silukah ini. Sedangkan satu batu lagi berhasil sampai di Sumpur Kudus yaitu Batu Lesung. Pada batu ini terdapat tulisan yang di ukir seperti Cap kuno dengan alas bergambar bunga Teratai. Konon batu seukuran dengan helm Standar ini akan terasa berat diangkat jika kita takabur. Jaman dahulu daerah ini merupakan rute jalan kuda dari Rengat Riau menuju Sumpur Kudus dimana bermukimnya Raja Abadi pada masa itu. Berjalan 1.5 KM dari tempat tersebut anda akan melewati jembatan gantung melintasi Batang kuantan yang beraliran deras. Di sisi kanan jembatan tersebut terdapat sebuah gua nan indah yang di aliri oleh air nan jernih, namun untuk memasukinya anda harus membawa perlengkapan sendiri, karena pada ngalau yang diberi nama ngalau Silukah ini tidak tersedia obor sewaan seperti pada ngalau Basurek sebelumnya.

0 komentar:

Posting Komentar

DI COMMENT YA